Translate

Translate

Translate

Minggu, 21 Juli 2013

Suku Dayak Kapuas Hulu (Uncak Kapuas


Suku Dayak adalah Suku asli Kalimantan yang hidup berkelompok dan tinggal di daerah pedalaman seperti di gunung dan sebagainya, salah satu kelompok asli terbesar dan tertua yang mendiami pulau Kalimantan yang terdiri dari Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, dan  Kalimantan Barat. Suku Dayak di Kalimantan Barat tersebar di beberapa kabupaten, salah satunya Kapuas Hulu (Uncak Kapuas). Kabupaten Kapuas Hulu merupakan Daerah Tingkat II dengan ibukota Putussibau yang terletak di hilir muara Sungai Sibau yang bermuara di sungai Kapuas. Kabupaten Kapuas Hulu memiliki luas wilayah seluas 29.842 km2 atau 20,33% dari luas Propinsi Kalimantan Barat (146.807 km2). Jumlah penduduk berdasarkan sensus tahun 2002 sejumlah 190.815 jiwa dengan kepadatan penduduk rata-rata 6 jiwa per km2. Berdasarkan PP No.39 Tahun 1996, Kabupaten ini dimekarkan hingga 23 kecamatan.  Batas Wilayah Sebelah utara : Sarawak (Malaysia Timur) Sebelah barat dan selatan : Kabupaten Sintang Sebelah timur : Provinsi Kalimantan Timur    Kecamatan Adapun 23 kecamatan tersebut adalah Silat Hilir, Silat Hulu, Bunut Hulu, Mentebah, Manday, Kalis, Putussibau, Kedamin, Embaloh Hilir, Bunut Hilir, Boyan Tanjung, Embau, Batu Datu, Hulu Gurung, Selimbau, Seberuang, Semitau, Suhaid, Empanang, Puring Kencana, Badau, Batang Lupar, dan Embaloh Hulu.  Dari 23 kecamatan tersebut, penyebaran suku Dayak tidak terdapat pada 2 kecamatan, yaitu di Hulu Gurung dan Batu Datu'. Umumnya, dua kecamatan ini dihuni oleh kelompok Melayu yang biasa disebut Senganan. Sub Suku Dayak Kapuas Hulu Suku Dayak di Kapuas Hulu terdiri dari 20 subsuku, yakni Dayak Suaid, Kantu’, Seberuang, Kalis, Lau’, Suru’, Mentebah, Tamambalo, Ensilat, Mayan, Sekapat, Desa, Punan, Buket, Taman, Kayaan, Rembay, Sebaru’, Iban, dan Oruung Da’an. Pengelompokan Suku Dayak Kapuas Hulu Suku Dayak Kapuas Hulu terdiri dari tiga kelompok besar ditinjau dari aspek budaya, sejarah asal-usul penyebaran, serta kecendrungan letak geografis wilayah pemukiman. Selain itu, keragaman suku Dayak Kapuas Hulu juga terlihat dari ciri-ciri fisik, yakni: kelompok pertama yang berasal dari daerah timur cenderung memperlihatkan fisik yang kekar dan tinggi, mata sipit, kulit sawo matang.  kelompok kedua memiliki fisik yang kekar tetapi tidak terlalu tinggi seperti kelompok pertama. Rata-rata warna kulitnya juga sawo matang.  kelompok ketiga memperlihatkan ciri-ciri fisik yang biasa, dalam hal ini memiliki postur tubuh rata-rata mirip dengan kelompok kedua, tetapi berkulit sedikit gelap. Seiring dengan perkembangan jaman, dimana pada saat ini perkawinan silang merupakan hal yang lumrah untuk dilakukan, ciri-ciri fisik bukanlah hal mutlak sebagai dasar pengelompokan. Asal-usul Suku Dayak Kapuas Hulu Berdasarkan penelitian Institut Dayakologi, suku Dayak di bumi Uncak Kapuas berasal dari 3 migrasi kelompok, yakni: Migrasi kelompok pertama diperkirakan datang dari arah barat (kemungkinan berasal dari hilir Sungai Kapuas dan anak-anak sungainya seperti Sungai Sekayam, Ketungau, dan Sekadau). Sub-subsuku yang dimaksud ialah subsuku Seberuang, Ensilat, Tamanik, Iban, Kantu', Desa, Sekapat, Suaid, Mayan, Sebaru',Rembay dan Ulu Ai'. Migrasi kelompok kedua diperkirakan berasal dari arah timur yaitu daerah Data Purah, Apo Kayaan yang menurunkan tiga subsuku Dayak yaitu Dayak Punan, Buket, dan juga suku Kayaan di Mendalaam.  Migrasi kelompok ketiga hakikatnya juga berasal dari kelompok dari timur, yaitu dari Sungai Kayaan. Kelompok ini tidak langsung ke Kalimantan Barat, melainkan menuju ke Sungai Mahakam kemudian menyebar lagi ke hulu Sungai Melawi. Dari hulu Sungai Melawi inilah kemudian menyebar ke hulu Sungai Manday, Sungai Suru’, dan Sungai Mentebah hingga ke Kapuas. Kelompok subsuku Dayak yang dimaksud pada kelompok ketiga ini ialah subsuku Dayak Orung Da’an, Suru’, dan Mentebah. Agama Pada umumnya, suku Dayak Kapuas Hulu menganut agama leluhur sebelum berdirinya panembahan-panembahan Kerajaan Sintang dan datangnya para penjajah. Kepercayaan tersebut dianggap sebagai animisme, berhala dan sebagainya. Kerajaan Sintang yang memperluas wilayah kekuasaannya dengan mendirikan panembahan-panembahan di wilayah hulu Kapuas juga menyebarkan agama Islam. Hal ini menyebabkan dilema pada Suku Dayak untuk menganut salah satu agama yang menjanjikan “peradaban baru”. Secara kebetulan agama Islam pada saat itu cukup berpengaruh seiring berdirinya kerajaan-kerajaan kecil yang bernafaskan Islam. Belum lagi kelompok suku ini dihadapkan pada pilihan “jika menganut agama Islam, kelompok suku Dayak terbebas dari perbudakan dan kewajiban membayar upeti kepada pihak kerajaan.  Namun, tanpa disadari menganut agama Islam di Kalimantan Barat selalu diidentikkan dengan Melayu. Oleh karena itu, sadar atau tidak sadar terjadi penolakan jati dirinya. Dilihat dari aspek kultural kelompok Dayak yang beragama muslim ini pun sulit untuk dibedakan dengan kelompok Dayak yang non-muslim, lama-kelamaan sikap itu mengkristal sehingga melahirkan identitas baru yang disebut Senganan. Sedangkan yang dimaksudkan sebagai Dayak, dimaknai kelompok masyarakat pribumi Kalimantan non-Muslim.

 *Artikel ini berdasarkan hasil penelitian Institut Dayakologi didalam bukunya Mozaik Dayak yang ditulis oleh Sujarni Alloy, dkk. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar